Gambaran Usaha Nasi Goreng

Nasi goreng adalah makanan yang sangat kental dengan kebudayaan Tionghoa. Masyarakat Tionghoa bisa dikatakan sebagai pelopor dalam membuat nasi goreng. Masyarakat Tionghoa tidak suka menyantap nasi dalam keadaan dingin dan tidak biasa membuang nasi yang tersisa. Oleh karena itu, mereka tidak akan membuang nasi yang tersisa, mereka akan mengolahnya kembali dan disajikan dalam keadaan hangat. Kebiasaan membuat nasi goreng selanjutnya berkembang ke beberapa negara di Asia Tenggara dengan berbagai cita rasa dan cara penyajian yang berbeda-beda.

Beberapa nasi goreng yang terkenal di antaranya nasi goreng jawa, nasi goreng kambing, nasi goreng putih, nasi goreng pattaya, dan nasi goreng Thailand. Nasi goreng sangat cocok dihidangkan dalam keadaan hangat, baik pada siang maupun malam hari. Apalagi dalam keadaan cuaca dingin, nasi goreng akan semakin nikmat disantap.

BAHAN DAN CARA MEMBUAT

Bahan baku yang digunakan untuk membuat nasi goreng sangat mudah diperoleh, baik di pasar tradisional maupun di pasar swalayan. Bahan baku utamanya adalah beras atau nasi putih. Bahan lain yang dibutuhkan adalah bumbu yang terbuat dari campuran cabai merah, bawang merah, bawang putih, terasi, gula, garam, dan udang yang dihaluskan. Selain itu ada bahan tambahan yaitu kecap manis.

Nasi goreng biasanya dilengkapi dengan sayuran seperti sawi atau kol, serta ditambah dengan daging ayam, bakso, ikan asin, hati dan ampela ayam, atau telur (bisa di dadar atau dicampurkan dengan nasi goreng, atau dibuat telur mata sapi).

Membuat nasi goreng dilakukan dengan cara menumis bumbu halus hingga harum, lalu menambahkan telur, dan memasaknya hingga matang. Setelah itu menambahkan nasi dan bahan pelengkap lainnya. Nasi goreng ini diaduk-aduk hingga bumbu dan bahan lainnya tercampur merata. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat nasi goreng ini rata-rata 3-5 menit.

CARA PENYAJIAN

Nasi goreng bias disajikan sebagai menu sarapan pagi, makan siang, atau makan malam. Nasi goreng disajikan dalam piring yang agak datar, biasanya dilengkapi dengan acar, krupuk, dan tomat.

Usaha Warteg

Dalam ketatnya persaingan industri makanan di Indonesia,sepertinya Warung Tegal atau yang biasa terkenal dengan istilah "Warteg" layak untuk diperhitungkan.Disamping harganya yang relatif murah Warteg juga nenyediakan berbagai menu yang tidak kalah rasanya dari menu-menu yang disajikan oleh restoran-restoran mahal.

Sebut saja Ibu Armani dengan berbekal keahlian memasaknya ia rela meninggalkan kampung halamannya di Tegal untuk kemudian mendirikan Warteg di wilayah Jawa Barat.Sudah lebih dari 20 tahun ia menggeluti usaha ini.Awalnya ia ragu dengan bisnis yang dijalaninya namun berkat ketekunan serta kreativitasnya akhirnya usahanya tersebut dapat berkembang hingga sekarang.Omsetnya mencapai jutaan rupiah perhari boleh dibilang kehidupannya kini lebih dari cukup. Sebetulnya yang perlu diperhatikan dalam usaha warteg Ini adalah bagaimana agar dapat merotasi menu-menu yang sudah ada dalam hal ini kreativitas sangatlah dituntut,disamping itu juga menjaga kwalitas dan cita rasa dari makanan agar tetap memiliki kekhasan sehingga konsumen yang pernah mencicipi berkeinginan untuk datang lagi.

Harga tiap porsi dari warung Ini cukup bervariasi tergantung dari menu yang dipesan oleh pembeli.Sedangkan kendala-kendala yang mungkin dihadapi saat ini yaitu harga barang-barang kebutuhan pokok yang semakin melambung oleh karena itu banyak pedagang Warteg yang berharap agar pemerintah secepat mungkin mengatasi hal ini agar bisnis mereka tetap eksis.
Berikut ini adalah salah satu perhitungan menu yang biasa disajikan di Warteg untuk tiap porsi:

Daftar Belanja
Beras Rp 8.000
Kelapa Rp 8.000
Tempe Rp 3.000
Kacang Panjang Rp 2.000
Air Rp 3.000
Ayam Rp 16.000
Hati Sapi Rp 8.000
Petai Rp 2.500
Daging Giling Rp 18.000
Telur Rp 8.000
Bumbu Dapur Rp 15.000
Kertas Pembungkus Rp 4.000
*untuk 25 bungkus
Total Biaya tidak tetap Rp 95.500

Biaya Tetap
Gaji Karyawa/hari Rp 5.000
Sewa Tempat/hari Rp 3.000
Perawatan Alat Rp 3.000
Listrik Rp 4.000
Air Rp 2.000
Bahan Bakar Rp 7.000
Total Biaya Tetap Rp 24.000

Jadi Modal Kotor :
Rp 95.500 + Rp 24.000 = Rp 119.500
Rp 119.500 : Rp 4.780 = Rp 5.000 (Harga Jual)