Gambaran Usaha Bakso

Bisnis bakso adalah usaha yang membutuhkan modal relatif kecil. Bisnis ini bukanlah bisnis makanan baru, tetapi kebanyakan seperti usaha kuliner lainnya, prospek usaha bakso sangat prospek. Selain pengusaha dapat memodifikasi atau berkreasi dengan resep, mereka juga dapat menjadikan usaha ini lebih besar dengan menjadi franchise misalnya.

Pedagang baso biasanya menjual dagangannya dengan cara berkeliling di perumahan-perumahan atau perkampungan, dengan menggunakan gerobak sebagai alat pemasarannya. Tetapi ada juga yang menjual dagangannya dengan cara mangkal di suatu tempat. Modal pedagang baso tidak sedikit, karena untuk membeli gerobaknya saja bisa mengeluarkan uang sampai 500 ribu rupiah, belum peralatan makan, dan untuk membeli bahan baku untuk membuat baso serta bahan penolong lainnya. Diperkirakan modal awal pedagang baso bias mencapai 1 juta rupiah.

Pedagang baso yang berkeliling di perumahan-perumahan biasanya menjual perporsinya 3000 rupiah, berbeda dengan pedagang baso yang menyewa tempat, mereka akan menjual baso perporsinya lebih mahal dari pada pedagang baso yang berkeliling di perumahan tersebut.
Pemasaran baso ini tidak sulit karena mencakup semua kalangan masyarakat, mulai dari anak kecil, orang dewasa dan orang tua semuanya menyukai makanan tersebut. Baso ini merupakan makanan yang cukup mengenyangkan.

Pedagang baso bisa mendapat keuntungan perharinya paling besar 100 ribu rupiah, dan paling kecil 50 ribu rupiah. Keuntung tersebut akan mereka gunakan kembali untuk membeli bahan baku baso dan yang lainnya untuk dijual besok harinya. Pedangang baso merupakan bisnis yang menjanjikan karena merupakan makanan yang banyak digemari oleh semua kalangan masyarakat. Di setiap perumahan atau perkampungan banyak penjual baso yang berkeliling, dan mereka mempunyai pelanggan yang berbeda-beda karena setiap orang mempunyai selera yang berbeda-beda juga. Bagi pedagang baso, mereka ingin semua dagangannya habis dalam sehari tetapi kenyataanya ada saja yang tidak habis dagangannya.

Pedagang baso yang mungkin dagangannya tidak habis akan menjualnya kembali untuk dijual besok harinya. Akhir-akhir ini banyak baso yang dibuat dengan cara mencampurkan borak dan formalin sebagai bahan pengawet. Padahal penggunaan formalin adalah untuk mengawetkan jasad orang yang sudah meninggal.

Mungkin pedagang baso tersebut tidak mau rugi karena mereka hanya ingin mendapatkan keuntungan, tanpa melihat bahayanya, dengan menggunakan bahan pengawet tersebut. Padahal jika mereka ingin dagangannya terjual semua, mereka membuat basonya harus disesuaikan dengan perkiraan. Dengan begitu dagangannya tidak akan mubajir atau dijual lagi besok jika baso tersebut tidak habis pada saat berjualan kemarin.

Tidak ada komentar: